Ngaji Bareng Gus Barra: Meski Dosamu Menutupi Bumi, Setinggi Langit, Ampunan Allah Lebih Luas Lagi, Asal ….

  • Whatsapp

SURABAYA (AmanatulUmmah.com) – Wahai anak Adam, meski kau tak berhenti berbuat dosa, hingga dosamu seluas samudera dan daratan, hingga menutupi bumi, maka datanglah kepada Allah, tetaplah berharap dan meminta ampunan. Karena ampunan Allah maha luas, Allah Maha Pengampun.

Hal ini ditegaskan oleh Dr. H. Muhammad Al-Barra, Lc, M. Hum, Ketua Yayasan Ponpes Amanatul Ummah, saat memberi pengajian kitab kuning pada para santriwan – santriwati Ponpes Amanatul Ummah, Siwalankerto, Surabaya, pada pengajian subuh, Rabu, 16 Agustus 2023.

Bacaan Lainnya

Namun dengan catatan, pertama beristighfar (meminta ampunan) dengan sungguh-sungguh. Kedua tidak menyekutukan Allah SWT dan ketiga berjanji untuk tidak mengulangi lagi kesalahan tersebut.

“Maka insyallah ampunan dari Allah akan turun. Bahkan bila dilanjutkan dengan ketakwaan kepada Allah SWT, melaksanakan semua perintah-perintahNya dan meninggalkan larang-laranganNya, maka taufik dan hidayah akan mengiringi Langkah kehidupan kita,” kata Muhammad Al Barra yang akrab dipanggil Gus Barra.

Lebih detail, Gus Barra menjelaskan isi kitab, “Seandainya kalian melakukan dosa sehari tujuh puluh kali, kemudian beristighfar – memohon ampunan, maka kalian akan dicatat sebagai orang yang tidak melakukan dosa terus-menerus.”

Membunuh 100 Orang

Untuk memberikan gambaran betapa luasnya ampunan Allah yang Maha Rohman dan Rohim, Gus Barra menceritakan sebuah kisah.

Dahulu kala, ada seorang pendosa, sebut saja Sang-Korak (kotoran rakyat). Semua perbuatan maksiat ia lakukan. Minum, madat, main perempuan, maling, main judi, merampok hingga tak segan-segan membunuh orang.

Hingga suatu ketika ia merasa gelisah dengan perilaku hidupnya yang selalu menyusahkan orang lain. Maka ia pun ingin bertobat.

Maka didatangi seorang ulama. “Ya Kiai aku adalah pendosa. Apakah bila aku bertobat, Allah akan mengampuni dosa-dosaku ?”.

Sang Kiai menjawab, “Tentu, karena Allah maha pengampun. Tapi apakah aku boleh tahu, apakah dosa-dosa yang kau lakukan?”

“Aku pendosa, yang yang paling berat, aku telah membunuh 99 orang,” kata Sang Korak. Mendengar itu, sang Kiai kaget dan spontan mengatakan, “MasyaAllah….., membunuh orang sebanyak itu ? Sungguh Allah takkan mengampuni dosa-dosa besarmu itu,”

Sang-Korak pun merasa dilecehkan, karena sang Kiai dianggap tidak konsisten. Tadi katanya akan diampuni, sekarang kok tidak diampuni. Maka sang Korak yang temperamental itu emosi, dan langsung membunuh sang Kiai dengan pedangnya. Maka jumlah orang yang dibunuh menjadi 100 orang.

Sang-Korak pun kemudian mencari Kiai yang lain. Maka dia pun bertemu dengan seorang ulama, seorang Kiai lagi.
“Wahai sang Kiai, aku adalah manusia pendosa. Apakah bila aku bertobat dan minta ampun, apakah Allah menerima tobatku dan memberi ampunan dosa-dosaku ?” tanta sang-Korak.

“Tentu-tentu Allah akan mengampuni dosa-dosamu. Tapi kalau boleh tahu, apa dosa yang kau lakukan,” tanya sang Kiai.

“Aku selain bermaksiat setiap hari, aku juga telah membunuh 100 orang,” kata sang Korak.

Sang Kiai itu pun kaget, namun bisa menguasai diri sambil istighfar, “Astagfirullah hal adzim sungguh besar dosa-dosamu. Namun engkau tak perlu putus asa dari rachmat Allah. InsyaAllah engkau akan diampuni Allah, asalkan kau melakukan tiga hal,” kata sang Kiai.

“Apa itu ya Kiai,” kata sang Kotrak dengan penuh penasaran dan harapan.

“Pertama, beristighfarlah kamu kepada Allah dengan sungguh-sungguh. Kedua berjanji kepada Allah bahwa engkau tidak akan mengulangi perbuatanmu lagi. Dan ketiga kamu jangan sekali-kali menyekutukan Allah, menduakan Allah dengan yang lain,” kata sang Kiai itu dengan penuh bijak dan suara yang meneduhkan.

Maka sejak itu, sang Korak minta bimbingan sang Kiai untuk memperbarui keIslamannya dengan mengucapkan dua kalimat syahadat, dan membimbing melakukan tiga hal tersebut. Dan jadilah sang Korak seorang muslim yang taat.

Dari cerita tersebut, Gus Barra menegaskan, “Jadi kalian janganlah pernah berputus asa atas ampunan dan rahmat Allah yang cukup luas. Meski ibarat dosamu menumpuk sundul langit (setinggi langit), ampunan Allah lebih tinggi lagi,” katanya.

“Setiap hari sering-seringlah berdzikir (mendekatkan diri kepada Allah) dengan beristighfar. Karena manusia itu tempatnya salah dan dosa. Tanpa terasa, tanpa sengaja atau pun disengaja, setiap hari manusia melakukan salah dan dosa. Maka selayaknya setiap hari pula, utamanya seusai sholat, berdzikir istighfar kepada Allah SWT” kata Gus Barra mengakhiri pengajiannya. (Moch, Nuruddin)

iklanMAI

Pos terkait

banner 468x60

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *