Ngaji Bersama Kiai Asep: Menyambung Silaturahmi Dengan Sahabat Ayah, Bentuk Bakti Kepada Orang Tua

  • Whatsapp

SURABAYA (Amanatulummah.com) – Islam menganjurkan pemeluknya bahwa apabila ayah atau ibu seseorang telah meninggal dunia, hendaknya sang anak tetap menyambung silaturahim dengan sahabat, apalagi kerabat, dari ayah atau ibunya yang sudah meninggal.

Bacaan Lainnya

Hal ini dituturkan oleh Prof DR KH Asep Saifuddin Chalim MA (Kiai Asep), pada pengajian Rabu Subuh (15/11/2023), di Ponpes Amanatul Ummah, Siwalan Kerto, Wonocolo, Surabaya. “Apalagi kalau kalian ingin berjumpa dengan Bapak atau Ibu meski dalam mimpi. Maka lakukan silaturahim kepada para sahabat Bapak atau sahabat ibu,” kata Kiai Asep.

Rasulullah bersabda; إ”Sungguh, di antara bentuk berbakti kepada orang tua yang paling tinggi levelnya adalah, kesediaan seoang anak untuk tetap menjalin silaturahim dengan sahabat ayahnya.” Hadis ini disampaikan oleh sahabat Abdullah bin Umar Radhiyallahu Anhuma.

Hadis tersebut diriwayatkan juga oleh Imam Muslim di dalam sahihnya nomor 2552, juga oleh Imam At-Tirmizi nomor 1903, Imam Abu Dawud nomor 5143, juga oleh Imam Bukhari di dalam Adabul Mufrad nomor 41.

Hadis tersebut menunjukkan keutamaan mempererat hubungan dengan teman-teman dekat ayah, berbuat baik kepada mereka dan memuliakan mereka. Perbuatan ini mencakup arti berbakti kepada ayah dan pemuliaan kepadanya. Begitu juga dianjurkan untuk mempererat hubungan dengan teman-teman ibu, kakek, masayikh, suami, dan juga teman-teman istri, juga kepada .

Jadi hikmah menyambung silaturahim dengan sahabat ayah, ibu, dan orang-orang yang dicintai oleh mereka adalah;

  1. Bentuk bakti kepada orang tua (meski sudah meninggal).
  2. Menyambung silaturahim dalam upaya memperkuat kebersamaan umat muslim.
  3. Menjadi sarana untuk memperbaiki kesalahan kita terhadap orang tua kita yang telah meninggal dunia.

Hal ini pernah dilakukan oleh Ibnu Umar ra. Dulu dia pernah melakukan suatu perjalanan dengan naik keledai. Kemudian di tengah jalan beliau bertemu dengan seorang Arab pedalaman. Nah, ayah dari orang Arab badui tadi dulunya adalah teman dari sahabat Umar bin Khattab ra.

Maka Abdullah bin Umar pun meminta orang Arab badui itu untuk menaiki keledainya, lalu Ibnu Umar juga memakaikan surbannya pada kepala orang Arab badui tadi. Ketika ditanya mengapa Ibnu Umar berbuat begitu kepada seorang Arab Badui, beliau menjawab, “Ayah dari orang itu dulunya adalah teman ayah saya (Umar bin Khattab).”

Dijelaskan Kiai Asep, bahwa orang-orang alim sangat senang dan sangat bersegera dalam melaksanakan amal saleh, karenanya, dalam kisah di atas, Ibnu Umar mengambil manfaat besar dari hadis ini.

Jadi apabila anak-anak berjumpa dengan para wanita yang pernah menjadi sahabat dekat ibumu, atau para sahabat dari ayahmu, maka muliakanlah mereka, karena tindakan tersebut adalah satu dari sekian bentuk birrul walidain kepada ayah dan ibu Anda (yang sudah meninggal dunia),” jelas Kiai Asep.

Hadis ini juga menjadi dalil tentang begitu luasnya rahmat Allah karena pintu kebaikan itu begitu luas dan tidak terbatas pada ayah atau ibu saja. Pintu kebaikan itu mencakup berbuat baik kepada sahabat ayah dan ibu Anda. Apabila Anda berbuat baik kepada sahabat dari ayah/ibu Anda, pada hakikatnya Anda telah berbakti kepada orang tua dan Anda akan diberi balasan dengan ganjaran birrul walidain.

Kebaikan itu bisa berupa pemberian yang sedikit. Kalau tidak bisa memberi yang sedikit, cukup dengan berkunjung dan menyampaikan kata-kata yang baik. Di antara kesempurnaan kebajikan dan silaturahim adalah memberikan harta yang kita anggap spesial kepada sahabat dari kedua orang tua kita. (Moch. Nuruddin)

iklanMAI

Pos terkait

banner 468x60

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *