MOJOKERTO: AmanatulUmmah.id – Guru Besar Institut KH Abdul Chalim (IKHAC) dan sekaligus Pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Mojokerto, Jawa Timur, Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA menyatakan merasa sangat kehilangan atas meninggalnya seorang Kepala Sekolah Madrasah Aliyah (MA) Hikmatul Amanah, Tawi, MPd.I pada Kamis (04/06/2020) lalu. Hal itu diutarakan kepada wartawan dualink.id, tim redaksi Majalah Amanatul Ummah dan sejumlah Rektorat IKHAC, setelah acara istighotsah ke-9 untuk mengusir musibah Virus Corona di rumah kediamannya, tadi malam.
Bagi Kiai Asep – panggilan Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, seorang Tawi adalah salah satu orang kepercayaannya di antara orang-orang kepercayaan yang lain dalam memanaj sebuah pondok pesantren (ponpes) modern dan sekolah agama unggulan. Almarhum Tawi, sebut Kiai Asep, ikut merintis berdirinya sekolah-sekolah dalam kompleks Ponpes Amanatul Ummah sejak berdiri sepuluh tahun lalu. Hingga akhirnya Kiai Asep pun menjatuhkan pilihan pada sosok Tawi untuk menjabat Kepala Sekolah MA Hikmatul Amanah.
Tidak cukup di situ, selanjutnya sosok Tawi masih menerima amanat dari Kiai Asep yang tak kalah ringan. Yakni sejak IKHAC berdiri pada 17 Juni 2015 lalu, Tawi yang lahir pada tahun 1961 itu punya tanggung jawab baru sebagai Kepala Biro Administrasi Kemahasiswaan (Ka BAK) IKHAC. Dengan memegang dua jabatan penting, pengendali urusan “jeroan” sebuah perguruan tinggi dan kepala sekolah, menunjukkan betapa besarnya kepercayaan dari sang guru besar – Kiai Asep, terhadap Tawi semasa hidupnya.
“Saya benar-benar kehilangan sosok Pak Tawi. Almarhum seolah mendadak meninggalkan kita semua, karena pada Rabu (5/06/2020) masih bersama-sama dalam acara rapat dengan seluruh jajaran kampus IKHAC,” cetus Kiai Asep.
Bahkan dari data lapangan yang dikumpulkan wartawan AmanatulUmmah.id dan Majalah Amanatul Ummah, sosok 59 tahun itu tanpa menunjukkan gejala sakit dalam mengikuti rapat yang dipimpin Kiai Asep. Seorang Tawi mampu mengikuti rapat mulai pukul 13.00 hingga 16.00. Meskipun demikian, menurut Pembantu Rektor I IKHAC, Dr Eng Fadli Ustman, ternyata Tawi sempat dijumpai medelegasikan sejumlah tugas dan menunjukkan teknis serta caranya kepada Ainul Yaqin. Disebutkan, Ainul Yaqin adalah pegawai senior di jajaran BAK IKHAC.
“Tak kami sangka, bahwa arahan-arahan Pak Tawi dan petunjuk-petunjuknya kepada Sdr Ainul Yakin sebagai momentum terakhirnya untuk pelimpahan wewenangnya kepada orang lain yang ditinggalkannya,” jelas Pembantu Rektor IKHAC ini.
Kekasih yang Ditinggalkannya
Kini seorang Tawi sudah tiada dan meninggalkan kita semua untuk selamanya. Namun sejumlah kenangan manis serta sejumlah pelajaran hidup tetap terpatri dalam sanubari sejumlah kekasih yang ditinggalkan sang Tawi. Kekasih itu adalah orang-orang dekat dalam keluarga maupun orang-orang dekat seputar profesi Tawi selaku pendidik. Karena itulah, semua orang dekat Tawi semasa hidupnya juga merasa kaget dan hampir tak percaya bahwa Tawi sudah pergi meninggalkan kekasih-kekasihnya di dunia fana ini.
“Bapak Tawi – sang bapak hamba, dikenal sangat penyabar dan ikhlas dalam menunaikan segala tugas yang diembannya. Ayahanda kami dikenal sangat sangat mengasihi sang isteri, kami semua anak-anaknya, para murid dan para kerabat di sekolahnya. Kami putra dan putrinya adalah sama dekatnya dengan para murid Bapak Tawi – jika membadingkan hubungan kami, para murid dan kerabat kerja di mata almarhum,” jelas putra sulung, Sutrisno Eko Wahyudi aat dihubungi di rumah duka.
Masih dalam kisah Sutrisno, wafatnya Tawi membuat semua orang kaget. Diri Sutrisno bersama adik-adiknya dan ibunya serta handai-taulan, menjadi syok dan tidak percaya dengan kabar wafat ayahanda Tawi. Kekasih Tawi selain isterinya, adalah anak-anaknya, cucunya, para santri, murid dan para kerabat kerjanya. Merekalah orang-orang yang diangap sebagai manusia yang paling berjasa dan sangat dekat dalam hidup Tawi.
“Bapak Tawi adalah sosok bapak yang penyayang ilmu, ikhlas dan sangat sabar dalam menhadapi berbagai persoalan semasa hidupnya,” kenang Sutrisno.
Itulah nilai-nilai hidup, lanjut Sutrisno, yang ditanamkan sang bapak kepada anak-anak dan cucunya. Kini hasil dari “tanaman yang disemai” almarhum Tawi, telah menjadikan putra dan putrinya bangga sampai akhir hanyatnya.
“Kami bangga terhadap ayahanda, ternyata ratusan doa mengiringi akhir hayatnya. Para penta’ziah mengantarkan jenazah ke tempat yang lebih baik dan surga itu kami yakini menjadi tempat ayah kami. Terlihat mulai teman sekolah, kerabat, sanak-famili, murid alumni, siswa dan siswi MA Hikmatul Amanah yang masih aktif, serta walimurid, semua datang membawa doa,” kata putra sulung almarhum Tawi.
Menghadap Sang Kekasih Sesungguhnya
Menurut Sutrisno, kini di lembaga Hikmatul Amanah ibarat tubuh manusia, masih punya badan, kaki, tangan tapi tak punya kepala. Karena sang kepala sekolah tersebut sudah dipanggil menghadap sang Kekasih dan sang Mahakasih sesunguhnya. Sosok Tawi masih meninggalkan bukti kesederhanaan di rumah duka. Yakni motor butut Nopol S 6020 QM.
Motor Honda Astrea Grand tahun 1991 itulah, kata Sutrisno, yang selalu mengiringi, mendampingi, serta mengantar aktivitas keseharian Tawi. Hingga suatu ketika, motor itu berulang ditawar untuk dibeli oleh sejumlah relasinya. Tapi sejauh itu, Tawi tetap kukuh untuk tidak menjualnya. Saat motornya ada yang menawar, bapak dari tiga anak ini hanya menjawab dengan senyum-simpul.
“Mboten kulo sade motor niki. Niki motor awes reginipun. (Tidak saya jual motor ini. Ini motor mahal haganya). Sudah tidak saya jual, karena yang mahal lagi adalah sejarah motor ini,” kenang putra sulung Tawi, Sutrisno.
Almarhum Tawi meninggalkan seorang isteri bernama Ny Tutik, dua orang putra dan seorang putri. Yakni si sulung – Sutrisno Eko Wahyudi (37 tahun), Rina (35 tahun) dan bungsunya adalah Imam Syafi’i (30 tahun). (ok)
Wartawan dan Editor: Djoko Sahid
Saya adalah salah satu murid Hikam,saya juga sangat sedih kehilangan beliau, biasanya Suara beliau lah yang menggema di lapangan, biasanya beliau yg menyambut siswa/siswi baru sekarang bukan beliau lagi:(semoga amal ibadahnya diterima disisinya,amin amin ya rabbal alamin 🙏